
Penyakit Skizofrenia : Pengertian, Penyebab, Dan Cara Mengobati Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan mental yang menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi, dan perubahan perilaku. Kondisi ini dapat memengaruhi cara penderita dalam berpikir dan bertindak sehingga mengurangi kemampuannya untuk berinteraksi dengan orang di sekitarnya.
Dalam beberapa kasus, skizofrenia juga dapat disertai dengan penyakit lain, seperti diabetes, penyakit jantung, atau infeksi, sehingga membutuhkan perawatan dengan segera. Mari kenali lebih lanjut tentang gangguan skizofrenia dalam artikel berikut ini.
Apa itu Skizofrenia?
Skizofrenia adalah gangguan mental yang cukup serius, di mana penderitanya mengalami kesulitan dalam membedakan khayalan dan realita. Kondisi ini umumnya ditandai dengan perilaku abnormal, seperti delusi dan halusinasi, sehingga tak jarang penderitanya dianggap “gila”.
Skizofrenia adalah masalah kesehatan jangka panjang yang memerlukan perawatan berkelanjutan. Artinya, penderita skizofrenia perlu menjalani perawatan seumur hidup untuk mengontrol gejala, mencegah komplikasi, dan membantu mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Per Januari 2022, WHO mencatat sekitar lebih dari 20 juta orang di seluruh dunia mengalami kondisi ini. Baik pria maupun wanita, keduanya sama-sama berpotensi untuk mengalami kondisi ini. Meski demikian, pada beberapa kasus, pria biasanya lebih dulu menunjukkan gejala skizofrenia dibandingkan wanita.
Penyebab Skizofrenia
Belum diketahui secara pasti apa penyebab skizofrenia. Namun, beberapa faktor yang diketahui dapat memicu terjadinya skizofrenia adalah sebagai berikut:
1. Faktor Genetik dan Lingkungan
Gangguan skizofrenia dapat dipicu oleh faktor genetik atau keturunan. Apabila terdapat salah satu keluarga inti yang terkena gangguan ini, maka orang tersebut berisiko tinggi mengalami hal serupa.
Selain itu, faktor lingkungan seperti infeksi virus atau kekurangan nutrisi saat di kandungan, juga hidup di lingkungan yang penuh tekanan sehingga mengalami stres berat dapat memicu seseorang mengidap skizofrenia.
2. Perbedaan Struktur Otak
Meski tidak diketahui secara pasti apa penyebab skizofrenia, namun terdapat dugaan bahwa gangguan kejiwaan ini berkaitan dengan perbedaan struktur otak.
3. Masalah Keseimbangan Kimia di Otak
Kemudian juga diyakini bahwa ketidakseimbangan kadar zat kimia dalam otak yang bernama dopamin dan glutamat dapat memicu skizofrenia.
4. Penggunaan Obat-obatan Tertentu
Skizofrenia juga bisa disebabkan oleh penyalahgunaan obat-obatan terlarang seperti narkotika.
Jenis-Jenis Skizofrenia
Berdasarkan tanda-tanda yang muncul, skizofrenia terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya yaitu:
Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia paranoid merupakan jenis skizofrenia yang paling umum terjadi, di mana beberapa gejala utamanya adalah delusi dan halusinasi terhadap ketakutan tertentu. Penderita kondisi ini sering kali memiliki kecurigaan berlebih pada orang-orang di sekitarnya sehingga sulit mengendalikan emosi atau keinginannya.
Skizofrenia Katatonik
Skizofrenia katatonik termasuk kondisi yang paling langka, biasanya ditandai dengan gerakan secara tiba-tiba, tidak biasa, dan terbatas. Penderitanya bisa saja beralih dari sangat aktif ke diam dalam sekejap dan sebaliknya. Mereka juga tidak banyak bicara, namun sering meniru ucapan atau gerakan orang lain.
Skizofrenia Tidak Terdiferensiasi
Skizofrenia tidak terdiferensiasi menunjukkan berbagai gejala dari tipe skizofrenia lainnya. Misalnya, penderita bisa saja tidak banyak bicara atau berekspresi sekaligus mengalami kebingungan atau paranoid.
Schizoaffective Disorder
Penderita schizoaffective disorder umumnya mengalami delusi yang disertai dengan satu atau lebih gejala gangguan mood atau suasana hati.
Gejala Skizofrenia
Gejala skizofrenia terbagi menjadi empat, yaitu gejala negatif, positif, kognitif dan suasana hati (mood). Berikut masing-masing penjelasannya.
Gejala Negatif
Gejala negatif pada skizofrenia mengacu pada hilangnya sifat, kebiasaan, atau minat tertentu yang biasanya dimiliki oleh orang normal. Beberapa gejala negatif skizofrenia adalah:
- Menurunnya keinginan berbicara dan bersosialisasi.
- Menurunnya minat dan motivasi.
- Kehilangan beragam emosi yang biasanya dirasakan dan ditampilkan.
- Keinginan untuk tetap malas dan lesu serta menolak berubah.
Gejala Positif
Gejala positif adalah gejala atau perilaku yang ditemukan pada penderita skizofrenia yang seharusnya tidak dimiliki oleh orang normal. Adapun sejumlah gejala positif skizofrenia adalah:
- Halusinasi, sering kali berbentuk bayangan atau suara-suara yang tidak nyata.
- Delusi, contohnya menganggap bahwa dirinya sedang dikejar-kejar orang atau organisasi tertentu.
- Perubahan perilaku dan cara bicara menjadi tidak teratur (meracau).
Gejala Kognitif
Sementara itu, beberapa gejala kognitif skizofrenia di antaranya:
- Kesulitan berkonsentrasi.
- Menurunnya fungsi memori.
- Kesulitan dalam menerima dan memahami sinyal atau tanda-tanda dalam hubungan dengan orang lain.
- Menurunnya kemampuan untuk mengatur dan cenderung berpikir abstrak.
Gejala Suasana Hati (Mood)
Gejala suasana hati biasanya ditandai dengan perubahan mood secara tak menentu. Penderita bisa saja merasa senang atau sedih tanpa alasan yang jelas. Mereka juga dapat merasa tertekan dan murung.
Penderita skizofrenia umumnya tidak menyadari kondisi yang sedang dideritanya. Itulah mengapa dibutuhkan pertolongan dari orang-orang di sekitarnya untuk mengenali gejala-gejala skizofrenia sejak dini.
Diagnosis Skizofrenia
Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan tanya jawab terkait gejala dan riwayat kesehatan pasien kepada keluarganya. Kemudian dilakukan juga beberapa tes untuk memastikan ada tidaknya penyalahgunaan zat berbahaya atau adanya kondisi medis tertentu.
Selanjutnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
- Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini akan membantu dokter memastikan ada tidaknya masalah lain yang berpotensi menyebabkan gejala skizofrenia.
- Tes darah lengkap. Tes darah bertujuan untuk mengesampingkan masalah medis lainnya yang mungkin menjadi sumber gejala.
- Tes pencitraan dengan CT scan atau MRI. Tujuannya adalah untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada struktur sistem saraf pusat dan otak pasien.
Dokter juga akan melakukan evaluasi kejiwaan dengan mengamati beberapa hal, meliputi:
- Mengamati penampilan, perilaku, dan sikap pasien.
- Memberikan sejumlah pertanyaan mengenai halusinasi, delusi, suasana hati, penggunaan zat tertentu, hingga latar belakang diri dan keluarga. Pemeriksaan ini dapat membantu dokter menilai seberapa besar risiko pasien dalam membahayakan diri sendiri ataupun orang lain.
Leave a Reply