Penyakit Biduran : Pengertian, Penyebab, Dan Cara Mengobati Biduran

Biduran atau urtikaria yaitu tanggapan kulit yang menyebabkan timbulnya bilur berwarna merah atau putih. Bilur yang muncul ini juga disertai dengan rasa gatal.

Mulanya, bilur ini timbul cuma di satu komponen tubuh, melainkan lama-kelamaan bilur ini alhasil menyebar. Salah satu penyebab biasanya yaitu alergi, namun ukuran dan wujud bilur dapat berbeda-beda.

Saat seseorang terserang biduran, tidak menutup kemungkinan dirinya juga akan terserang angioedema.

Penyakit angioedema yaitu pembengkakan pada lapisan kulit yang lebih dalam. Pembengkakan ini lazimnya terjadi pada komponen mata, bibir, dan alat kelamin.

Pada sebagian kasus, situasi sulit pada kulit ini juga dapat terjadi atau menjadi komponen dari gejala anafilaksis, adalah tanggapan alergi yang parah dan terjadi secara tiba-tiba sampai dapat menyebabkan kematian.

Keadaan ini dianggap sebagai kondisi darurat sebab sebagian gejalanya yang ekstrem. Berikut ini yaitu gejala-gejala anafilaksis lainnya:

  • Pembengkakan pada kelopak mata, bibir, tangan dan kaki.
  • Sesak nafas yang disebabkan oleh penyempitan saluran udara.
  • Sakit perut dan muntah-muntah.

Faktor Risiko Biduran

Biduran terbagi menjadi dua, yaitu akut dan kronis. Namun, untuk biduran kronis tidak diketahui penyebab pastinya.

Meski begitu, ada beberapa faktor risiko bisa memicu urtikaria atau memperburuk gejala yang ada. Contohnya, mengonsumsi minuman beralkohol atau minuman berkafein, tingkat stres yang tinggi, dan suhu udara yang panas.

Nah, berikut berbagai faktor pemicu yang mungkin perlu kamu waspadai:

1. Alergi makanan

Alergi makanan adalah salah satu penyebab umum biduran. Makanan tertentu seperti kacang-kacangan, telur, susu, makanan laut, dan kacang-kacangan dapat memicu reaksi alergi yang menyebabkan munculnya urtikaria.

Selain itu, Ini Jenis Makanan yang Jadi Pemicu Biduran.

2. Alergi obat

Penggunaan beberapa obat-obatan tertentu, seperti antibiotik (misalnya penisilin), aspirin, NSAID (obat antiinflamasi nonsteroid), dan obat lainnya, dapat menyebabkan reaksi alergi dan urtikaria pada beberapa orang.

3. Suhu ekstrem

Paparan suhu ekstrem, seperti panas yang tinggi atau dingin yang ekstrem, dapat menyebabkan kondisi ini.

4. Alergi serbuk sari dan alergen lingkungan

Paparan terhadap serbuk sari, debu, bulu hewan, serangga, dan bahan kimia tertentu juga dapat menyebabkan urtikaria pada orang yang alergi terhadap alergen ini.

5. Gigitan serangga

Beberapa gigitan serangga seperti nyamuk, lebah, atau semut dapat menyebabkan reaksi alergi dan munculnya urtikaria di area yang terkena gigitan.

6. Stres dan kecemasan

Stres emosional atau kecemasan dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan memicu munculnya masalah kulit ini.

7. Kontak dengan bahan tertentu

Berkontak langsung dengan bahan kimia, seperti lateks, deterjen, atau bahan-bahan lainnya, juga dapat menyebabkan kondisi ini  pada beberapa orang.

8. Riwayat urtikaria dan alergi sebelumnya

Orang yang pernah mengalami kondisi ini sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi ini kembali.

Mereka memiliki riwayat alergi atau keluarga dengan riwayat alergi, juga lebih rentan.

Penyebab Biduran

Munculnya bilur pada kulit ini dipicu oleh tingginya kadar histamin yang dilepaskan ke kulit.

Tubuh menyimpan histamin di dalam sel. Ketika sistem kekebalan mengenali ancaman, ia akan melepaskan histamin dan bahan kimia lainnya.

Rangkaian bahan kimia ini bisa melindungi kamu dari penyakit serius akibat infeksi atau gigitan serangga. Namun, terkadang, sistem kekebalan melepaskan histamin ketika tidak ada ancaman nyata.

Hal ini terjadi ketika orang mengalami reaksi alergi. Nah, histamin inilah yang bisa membuat menyebabkan pembuluh darah melebar, sehingga aliran darah meningkat.

Banyaknya darah yang mengalir di bawah permukaan kulit, membuat kulit terlihat memerah. Kelebihan cairan ini juga yang menyebabkan pembengkakan pada kulit dan rasa gatal-gatal.

Berikut ini beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya biduran:

  • Terjadi kontak dengan pemicu atau penyebab alergi, misalnya lateks dan bulu binatang.
  • Makanan penyebab urtikaria yang paling umum adalah kacang, cokelat, makanan laut, telur, gandum, dan susu.
  • Hampir semua obat-obatan bisa menyebabkan uritkaria.
  • Zat adiktif atau bahan tambahan dalam makanan seperti pemanis, pengawet, penguat rasa, pewarna, pengental, dan lain-lain.
  • Infeksi, seperti hepatitis dan demam kelenjar.
  • Gigitan serangga.
  • Faktor lingkungan, seperti pajanan terhadap kondisi atau cuaca panas maupun dingin, pajanan terhadap air tertentu, atau bahkan sinar matahari.

Gejala Biduran

Ketika seseorang terserang urtikaria, ruam yang muncul pada kulitnya akan terasa gatal, bahkan perih atau menyengat. Ruam tersebut bisa muncul di mana saja di kulit tubuh, seperti di perut, punggung, bokong, dada, lengan dan kaki.

Gejala ini bisa bertahan berjam-jam hingga beberapa hari. Urtikaria yang terjadi selama kurang dari enam minggu disebut sebagai biduran akut atau jangka pendek.

Namun, ada juga kasus urtikaria yang bertahan lebih dari enam minggu atau bersifat kambuhan selama beberapa bulan atau bahkan tahun. Kondisi yang disebut biduran jangka panjang (kronis) ini merupakan kondisi yang jarang terjadi.

Biduran kronis bisa diartikan sebagai pertanda dari penyakit lain yang sedang diderita. Misalnya karena penyakit tiroid, diabetes tipe 1 atau lupus.

Pada kebanyakan kasus, penyakit ini sering terjadi pada anak-anak dan wanita pada usia 30 sampai 60 tahun. Selain itu, orang yang memiliki alergi juga lebih berisiko untuk mengalaminya.

Diagnosis Biduran

Cara untuk mendiagnosis urtikaria, di tahap awal dokter melakukan wawancara medis seputar keluhan dan riwayat penyakit yang pernah dialami, hingga makanan atau aktivitas yang baru dilakukan.

Setelah itu, dokter baru melakukan pemeriksaan fisik pada yang mengalami bentol-bentol. Pada beberapa kasus, dokter juga melakukan pemeriksaan penunjang seperti:

  • Tes alergi, pada kulit atau tes darah.
  • Pemeriksaan darah, untuk menyingkirkan penyakit atau infeksi lain.
  • Biopsi kulit. Pada pemeriksaan ini, dokter kulit akan mengangkat sedikit kulit yang terkena, sehingga bisa diperiksa di bawah mikroskop.

Namun, pemeriksaan ini umumnya dilakukan pada kasus yang terjadi berulang, bukan pertama kali.