Author: longxenomorph65

Pengertian Laktulosa Dan Penyebab Laktulosa

Pengertian Laktulosa Dan Penyebab Laktulosa

Laktulosa ialah obat untuk menangani konstipasi atau susah bab. Obat ini bekerja dengan menyalurkan cairan ke usus hingga membuat tinja lebih lunak dan gampang dikeluarkan.

Laktulosa bisa dipakai untuk tangani dan menghambat ensefalopati hepatikum, yakni abnormalitas peranan dan susunan otak karena kompleksitas dari penyakit liver. Obat ini cuma bisa dimakan sama sesuai resep dokter.

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Laktulosa

Ikuti anjuran dan saran dokter selama menjalani pengobatan dengan laktulosa. Sebelum mengonsumsi obat ini, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

  • Jangan mengonsumsi laktulosa jika Anda alergi terhadap obat ini. Selalu beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita diabetes, penyakit Crohn, gangguan dalam mencerna gula (galaktosemia), kolitis ulseratif, atau sedang menjalani diet rendah galaktosa.
  • Jangan mengonsumsi laktulosa bersamaan dengan obat-obatan laksatif lain.
  • Beri tahu dokter bahwa Anda sedang menggunakan laktulosa sebelum menjalani operasi.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
  • Beri tahu dokter mengenai semua obat-obatan lain yang sedang dikonsumsi, terutama obat-obatan antibiotik dan antasida.
  • Segera periksakan diri ke dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis setelah mengonsumsi laktulosa.

Dosis dan Aturan Pakai Laktulosa

Dosis laktulosa dapat berbeda pada tiap pasien. Berikut ini adalah dosis umum penggunaan laktulosa sesuai kondisi dan usia pasien:

Kondisi: Konstipasi

  • Dewasa: Dosis awal 15–45 ml per hari, dapat dibagi menjadi 1–2 jadwal konsumsi. Dosis pemeliharaan adalah 15–30 ml per hari, dapat dibagi menjadi 1–2 jadwal konsumsi.
  • Anak usia <1 tahun: Dosis awal dan pemeliharaan 5 ml per hari, dapat dibagi menjadi 1–2 jadwal konsumsi.
  • Anak usia 1–6 tahun: Dosis awal dan pemeliharaan 5–10 ml per hari, dapat dibagi menjadi 1–2 jadwal konsumsi.
  • Anak usia 7–14 tahun: Dosis awal 15 ml per hari, dapat dibagi menjadi 1–2 jadwal konsumsi. Dosis pemeliharaan 10–15 ml per hari, dapat dibagi menjadi 1–2 jadwal konsumsi.

Kondisi: Ensefalopati hepatikum

  • Dewasa: Dosis 30–45 ml, 3–4 kali sehari. Sesuaikan dosis hingga mudah buang air besar, setidaknya sebanyak 2–3 kali sehari.

Cara Mengonsumsi Laktulosa dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada label kemasan obat sebelum mengonsumsi laktulosa. Jangan mengurangi atau menambah dosis tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.

Laktulosa dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan. Obat ini juga dapat dicampurkan dengan jus, susu, atau camilan. Biasanya, efek obat akan mulai terasa setelah 1–2 hari obat dikonsumsi.

Untuk mengonsumsi obat ini, gunakan alat takar yang tersedia di kemasan obat atau yang diberikan dokter. Jangan menggunakan alat takar lain atau sendok rumah, karena dosis bisa jadi tidak sesuai dengan yang diresepkan.

Jika lupa mengonsumsi laktulosa, disarankan untuk segera melakukannya bila jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya belum terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.

Simpan laktulosa di suhu ruangan dan dalam wadah tertutup agar tidak terkena paparan sinar matahari langsung, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Laktulosa dengan Obat Lain

Berikut ini adalah efek interaksi obat yang dapat terjadi jika laktulosa dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan lainnya:

  • Penurunan efek terapeutik laktulosa jika digunakan dengan glutamin
  • Peningkatan efek obat glikosida jantung
  • Penurunan efektivitas laktulosa jika digunakan dengan obat maag yang mengandung alumunium hidroksida dan magnesium hidroksida, serta antibiotik, seperti neomycin
  • Peningkatan risiko berkurangnya kadar kalium di dalam darah jika dikonsumsi dengan thiazide, kortikosteroid, atau amphotericin B
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping yang parah jika digunakan dengan obat pencahar lainnya, seperti gliserol

Efek Samping dan Bahaya Laktulosa

Efek samping yang dapat muncul setelah mengonsumsi laktulosa adalah:

  • Diare
  • Kembung
  • Mual
  • Muntah
  • Kram perut
  • Dehidrasi
  • Hipokalemia

Temui dokter jika Anda mengalami efek samping di atas. Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat yang bisa ditandai dengan gejala berupa bengkak pada bibir dan kelopak mata, ruam yang gatal, atau sulit bernapas setelah menggunakan laktulosa.

Manfaat Minuman Kiranti Bagi Kesehatan Wanita

Manfaat Minuman Kiranti Bagi Kesehatan Wanita

Kiranti adalah minuman herbal yang bermanfaat untuk meredakan nyeri haid. Selain itu, Kiranti juga memiliki varian minuman herbal lain yang bermanfaat untuk meredakan pegal linu.

Kiranti mengandung berbagai bahan herbal, misalnya kunyit, jahe, kencur, asam jawa, kayu manis, dan guarana. Kombinasi bahan-bahan tersebut dipercaya bisa mengurangi peradangan dan melancarkan aliran darah sehingga dapat membantu meredakan nyeri haid, nyeri otot maupun nyeri sendi, serta melancarkan haid.

1. Kiranti Sehat Datang Bulan Orisinal

Kiranti Sehat datang bulan dengan rasa orisinal memiliki kandungan 30 gr kunyit, 6 gr asam jawa, 2,5 gr gula jawa, 2 gr kencur, 0,5 gr jahe, 0,23 gr guarana, 0,1 gr kayu manis, dan 150 mililiter air.

2. Kiranti Sehat Datang Bulan Orange

Kiranti Sehat datang bulan dengan rasa jeruk memiliki kandungan 18,5 gr ekstrak jeruk, 12 gr kunyit, 2,5 gr kencur, 2 gr gula jawa, 0,8 gr jahe, 0,25 gr kurkumin, 0,23 gr guarana, 0,1 gr kayu manis, 0,1 gr asam jawa, dan air.

3. Kiranti Pegal Linu Honey Ginger

Kiranti Pegal Linu dengan rasa madu jahe memiliki kandungan 10 gr jahe, 7,5 gr gula jawa, 6 gr kunyit, 5,5 gr madu, 1,4 gr asam jawa, 1 gr kencur, 0,45 gr kayu manis, 0,23 gr guarana, 0,15 gr bunga pala, 0,09 gr bunga cengkeh, dan air. Kiranti Pegal Linu ada dalam versus bebas gula.

Dosis dan Aturan Pakai Kiranti

Jika Anda memiliki kondisi medis tertentu, konsultasikan dulu dengan dokter untuk mengetahui dosis dan lama konsumsi Kiranti yang tepat. Berikut adalah dosis umum untuk minum Kiranti berdasarkan variannya:

  • Kiranti Sehat Datang Bulan: 1–2 botol per hari, diminum 3 hari sebelum menstruasi, pada saat menstruasi, hingga 3 hari sesudah menstruasi.
  • Kiranti Pegal Linu: 1–2 botol per hari, diminum pada saat beraktivitas atau sesudahnya.

Cara Mengonsumsi Kiranti dengan Benar

Bacalah informasi yang tertera pada kemasan obat sebelum mengonsumsi Kiranti. Sebelum mengonsumsi Kiranti, jangan lupa mengocok botol sebelum diminum agar semua kandungan di dalamnya dapat tercampur rata.

Jangan menambahkan dosis Kiranti tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter. Bila nyeri haid sangat parah hingga mengganggu aktivitas, segera periksakan kondisi Anda ke dokter kandungan.

Jika sudah mendapatkan obat untuk gangguan menstruasi dari dokter, jangan menghentikan penggunaan obat dan menggantinya dengan Kiranti.

Untuk membantu mengurangi nyeri haid dan melancarkan menstruasi, Anda disarankan untuk menerapkan gaya hidup sehat, berolahraga secara rutin, tidur dan istirahat yang cukup, serta mengelola stres dengan baik.

Simpan Kiranti di tempat yang kering, sejuk, dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Jauhkan produk ini dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Kiranti dengan Obat Lain

Mengingat semua produk Kiranti mengandung kunyit, efek interaksi yang bisa terjadi jika Kiranti digunakan dengan obat-obatan tertentu antara lain:

  • Peningkatan risiko terjadinya memar atau perdarahan jika digunakan dengan pengencer darah (antikoagulan atau antiplatelet)
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping dari sulfasalazine atau amlodipine
  • Penurunan efektivitas obat kanker atau tamoxifen

Pengertian Betahistine Dan Cara Menyembuhkannya

Pengertian Betahistine Dan Cara Menyembuhkannya

Kerasanistine ialah obat untuk menurunkan keluh kesah vertigo, masalah pendengaran, dan telinga berdenging (tinnitus) yang disebabkan karena penyakit Meniere. Obat ini cuma bisa dipakai resep dokter.

Kerasanistine bekerja dengan kurangi penekanan dan tingkatkan saluran darah di telinga. Langkah kerja ini dapat memudahkan beberapa gejala penyakit Meniere yang disebabkan karena kenaikan penekanan dalam telinga sisi dalam.

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Betahistine

Betahistine tidak boleh dikonsumsi sembarangan. Perhatikan beberapa hal berikut:

  • Jangan mengonsumsi betahistine jika Anda alergi terhadap obat ini. Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki.
  • Jangan mengonsumsi betahistine jika Anda memiliki tekanan darah tinggi akibat tumor di kelenjar adrenal (feokromositoma), intoleransi galaktosa, atau malabsorpsi glukosa-galaktosa.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita asma, penyakit liver, penyakit jantung, tukak lambung, atau tekanan darah rendah.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal, untuk mengantisipasi terjadinya interaksi obat.
  • Segera temui dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau overdosis setelah menggunakan betahistine.

Dosis dan Aturan Pakai Betahistine

Dokter akan menentukan dosis dan lama pengobatan menggunakan betahistine sesuai dengan kondisi yang dialami pasien. Dosis umum betahistine untuk meredakan vertigo, telinga berdenging, dan berkurangnya pendengaran akibat penyakit Meniere pada orang dewasa adalah:

Sebagai betahistine hydrochloride

  • Dosis awal: 8–16 mg, 3 kali sehari; atau 24 mg, 2 kali sehari.
  • Dosis pemeliharaan: 24–48 mg per hari.
  • Dosis maksimal: 48 mg per hari.

Sebagai betahistine mesilate

  • Dosis harian: 6–12 mg, 3 kali sehari.

Cara Mengonsumsi Betahistine dengan Benar

Selalu baca petunjuk pada kemasan obat dan ikuti anjuran dokter sebelum menggunakan betahistine.

Betahistine dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan. Konsumsi obat pada waktu yang sama setiap harinya. Telan betahistine tablet dengan bantuan air putih.

Jangan menambahkan atau mengurangi dosis tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Jangan menghentikan pengobatan kecuali atas petunjuk dokter. Dokter akan memberi tahu Anda jika dosis betahistine sudah bisa dikurangi.

Jika Anda lupa mengonsumsi betahistine, segera minum obat ini bila jadwal konsumsi berikutnya masih lebih dari 2 jam. Jika sudah kurang dari 2 jam, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.

Simpan betahistine dalam suhu ruangan, terhindar dari panas dan lembap, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Betahistine dengan Obat Lain

Interaksi yang dapat terjadi jika betahistine digunakan bersama obat-obatan tertentu antara lain :

  • Penurunan efektivitas betahistine jika digunakan dengan obat golongan antihistamin lain, seperti diphenhydramine
  • Peningkatan efek samping betahistine jika digunakan dengan obat golongan MAOIs, seperti selegiline, isocarboxazid, dan phenelzine
  • Penurunan efektivitas obat asma golongan beta2 agonist, seperti salbutamol dan sameterol

Efek Samping dan Bahaya Betahistine

Efek samping yang mungkin timbul setelah mengonsumsi betahistine antara lain:

  • Mual
  • Asam lambung naik
  • Nyeri ulu hati
  • Sakit kepala
  • Gangguan pencernaan
  • Sakit perut
  • Kembung

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas tidak kunjung reda atau semakin parah. Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti kantuk atau nyeri perut dan mual yang sangat mengganggu.

Lihat lebih lanjut mengenai:

  • BPPV
  • Labirinitis
  • Neuroma Akustik

Pergertian Hematuria Dan Grosss Hematuria Dan Penyebabnya

Pergertian Hematuria Dan Grosss Hematuria Dan Penyebabnya

Hematuria terbagi menjadi dua, yaitu microscopic hematuria dan gross hematuria. Pada microscopic hematuria, penderita tidak bisa melihat darah dalam urine. Sementara penderita gross hematuria dapat melihat warna urinenya kemerahan atau kecokelatan akibat adanya darah.

Hematuria umumnya tidak terasa sakit. Namun, jika darah berupa gumpalan, saluran kemih dapat tersumbat sehingga menimbulkan rasa sakit.

Untuk mencegah terjadinya komplikasi yang berbahaya, lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami kencing berdarah.

Penyebab Hematuria

Normalnya, ginjal menyaring cairan dalam tubuh untuk mencegah kebocoran darah atau protein ke dalam urine. Akan tetapi, pada hematuria terjadi kebocoran di salah satu saluran kemih, bisa ginjal, ureter, kandung kemih, atau uretra, sehingga darah bocor ke dalam urine.

Kebocoran tersebut dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, yaitu:

  • Infeksi saluran kemih (ISK)
  • Batu saluran kemih dan batu ginjal
  • Penyakit ginjal, seperti peradangan pada ginjal (glomerulonefritis) atau akibat penyakit diabetes (nefropati diabetik)
  • Pembesaran kelenjar prostat
  • Kanker ginjal, kanker kandung kemih, atau kanker prostat
  • Kelainan darah, seperti hemofilia dan anemia sel sabit
  • Obat-obatan, seperti penisilin, kotrimoksazol, aspirin, dan warfarin

Perlu diingat bahwa urine yang berubah warna menjadi kemerahan atau kecokelatan tidak selalu berarti kencing berdarah. Perubahan warna urine dapat terjadi karena konsumsi buah-buahan dan obat-obatan tertentu, atau akibat menstruasi pada wanita.

Faktor risiko hematuria

Seseorang lebih berisiko terserang hematuria, jika ia menderita penyakit yang dapat menyebabkan hematuria. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hematuria adalah:

  • Merokok
  • Terlalu sering mengonsumsi obat pereda nyeri
  • Terpapar bahan kimia tertentu
  • Terpapar radiasi
  • Berusia di atas 50 tahun, terutama pada pria
  • Berolahraga terlalu berat, seperti berlari maraton
  • Memiliki keluarga yang menderita hematuria

Gejala Hematuria

Hematuria ditandai dengan perubahan warna urine menjadi merah muda, kemerahan, atau kecokelatan. Namun, jika jumlah darah yang masuk ke urine tidak banyak, warna urine mungkin tidak berubah.

Tergantung pada penyebabnya, hematuria dapat disertai gejala lain, yaitu:

  • Nyeri perut bagian bawah
  • Sering buang air kecil atau sulit buang air kecil
  • Nyeri pinggang
  • Mual dan muntah
  • Demam

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda melihat ada darah dalam urine, terutama jika mengalami gejala lain, seperti rasa nyeri perut dan mual.

Perlu diingat bahwa perubahan warna urine tidak selalu menandakan hematuria. Akan tetapi, pemeriksaan ke dokter tetap dianjurkan agar penyebabnya dapat diketahui dan untuk mencegah terjadinya kondisi yang serius.

Diagnosis Hematuria

Untuk mendiagnosis hematuria, dokter akan melakukan tanya jawab seputar penyakit yang pernah diderita pasien dan keluarga, serta obat-obatan yang dikonsumsi. Dokter juga akan menanyakan warna urine, frekuensi buang air kecil, serta ada tidaknya rasa nyeri dan gumpalan darah.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Selanjutnya, dokter dapat melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis, yaitu:

  • Tes urine
    Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel urine pasien untuk dianalisis di laboratorium. Tes urine bertujuan untuk melihat ada tidaknya darah dalam urine, dan mendeteksi kemungkinan infeksi atau kristal pembentuk batu saluran kemih.
  • Pemindaian
    Pemindaian pada pasien hematuria bertujuan untuk memeriksa kondisi saluran kemih. Pemindaian dapat dilakukan dengan metode MRI, CT scan, atau USG.
  • Sistokopi
    Sistoskopi dilakukan dengan memasukkan selang berkamera melalui lubang kencing. Tujuannya adalah untuk melihat kondisi saluran kencing dan kandung kemih dengan lebih detail.

Pengobatan Hematuria

Penanganan hematuria adalah dengan mengobati penyebabnya. Jenis pengobatan yang dapat dilakukan antara lain:

  • Pemberian antibiotik, untuk mengobati infeksi saluran kemih
  • Pemberian obat penghambat 5-alpha reductase, seperti finasteride, untuk mengatasi pembesaran kelenjar prostat
  • Terapi gelombang atau ESWL, untuk memecahkan batu saluran kemih

Tergantung pada kondisi pasien dan penyebab kencing berdarah, dokter juga dapat melakukan terapi lain, seperti operasi.

Pasien juga akan disarankan untuk kontrol rutin ke dokter untuk memantau apakah masih terdapat darah dalam urine setelah pengobatan dilakukan.

Komplikasi Hematuria

Komplikasi yang dapat terjadi akibat hematuria tergantung pada penyebabnya. Jika hematuria terjadi akibat infeksi ginjal, penderita dapat mengalami gagal ginjal. Sedangkan pada hematuria yang disebabkan oleh kanker dan tidak ditangani sejak awal, maka kanker akan makin berkembang dan sulit diatasi.

Pencegahan Hematuria

Sulit untuk mencegah hematuria karena penyebabnya beragam. Namun secara umum, beberapa tindakan pencegahan berikut ini dapat dilakukan untuk menghindari penyakit penyebab hematuria:

  • Menjaga berat badan agar tetap ideal
  • Berolahraga secara rutin
  • Mengonsumsi makanan dengan gizi lengkap dan seimbang
  • Membatasi konsumsi makanan asin
  • Berkonsultasi ke dokter terlebih dulu bila ingin mengonsumsi suplemen
  • Minum air putih yang cukup
  • Tidak menahan buang air kecil
  • Membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual
  • Tidak merokok 

Efek Samping Callusol Dan Cara Mengobatinya

Efek Samping Callusol Dan Cara Mengobatinya

Callusol adalah obat yang bermanfaat untuk menghilangkan kutil atau mata ikan, serta menghaluskan kulit yang kapalan. Callusol tersedia dalam bentuk cairan obat luar yang dijual bebas.

Callusol mengandung asam salisilat 0,2 gram, asam laktat 0,05 gram, dan polidocanol 0,02 gram. Kombinasi bahan-bahan tersebut dapat melunakkan kulit yang mengeras akibat mata ikan, kutil, atau kapalan, sehingga mempercepat proses pengelupasan dan pergantian sel kulit.

Peringatan Sebelum Menggunakan Callusol

Ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan sebelum menggunakan Callusol, di antaranya:

  • Jangan menggunakan Callusol jika memiliki alergi terhadap kandungan pada obat ini.
  • Jangan menggunakan Callusol pada wajah, lapisan kulit bagian dalam (mukosa), luka terbuka, kutil di area kelamin, tahi lalat, atau kutil berbulu.
  • Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan Callusol jika Anda menderita penyakit ginjal, penyakit liver, diabetes, atau penyakit arteri perifer.
  • Hindarkan Callusol dari mata dan hidung. Segera bilas dengan air jika area tersebut tidak sengaja terkena obat.
  • Jangan mengoleskan Callusol pada area payudara, terlebih jika Anda sedang menyusui.
  • Konsultasikan mengenai penggunaan Callusol dengan dokter jika Anda sedang hamil atau menyusui.
  • Konsultasikan dengan dokter jika akan menggunakan Callusol bersama dengan obat lain, termasuk suplemen atau produk herbal, terutama yang dioleskan pada area yang sama. Hal tersebut untuk mengantisipasi terjadinya interaksi obat.
  • Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat setelah menggunakan Callusol.

Dosis dan Aturan Pakai Callusol

Untuk mengobati kutil, mata ikan, atau kapalan, oleskan Callusol ke bagian kulit yang terdampak sebanyak 1–2 kali sehari, hingga kutil, mata ikan, atau kapalan, terlepas.

Cara Menggunakan Callusol dengan Benar

Baca informasi pada kemasan obat atau konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat ini.

Callusol hanya digunakan pada kulit yang mengalami kutil, kapalan, atau mata ikan. Obat ini tidak boleh digunakan pada kulit yang sehat.

Oleskan Callusol pada kulit yang mengalami mata ikan, kutil, atau kapalan. Ratakan ke permukaan kulit dan biarkan selama 5 menit sampai kering.

Tutup bagian kulit yang sudah diolesi Callusol dengan kain kasa atau plester. Setelah beberapa jam, buka plester dan bersihkan kulit dengan air hangat. Bersihkan kulit yang telah melunak dan mengelupas hingga bersih.

Ulangi pemakaian obat pada pagi dan malam hari sampai mata ikan, kutil, atau kapalan, lepas dari kulit. Perlu diketahui, pengobatan bisa memakan waktu hingga beberapa minggu atau bulan.

Agar hasilnya maksimal, gunakan Callusol secara teratur setiap hari. Namun, jangan memperbanyak cairan obat yang digunakan. Hal ini tidak mempercepat penyembuhan dan malah berisiko menyebabkan efek samping.

Simpan Callusol di tempat bersuhu ruangan dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Callusol dengan Obat Lain

Asam salisilat di dalam Callusol dapat berinteraksi dengan obat oles lain. Berikut adalah beberapa interaksi obat yang mungkin terjadi:

  • Meningkatnya penyerapan obat oles lain yang dioleskan ke area yang sama
  • Meningkatkan risiko terjadinya iritasi dan kulit kering jika digunakan dengan obat jerawat, seperti adapalene atau tretinoin topikal
  • Menurunnya efektivitas calcipotriol pada pengobatan psoriasis

Efek Samping dan Bahaya Callusol

Walaupun jarang terjadi, ada beberapa efek samping yang bisa muncul setelah menggunakan Callusol, yaitu iritasi di kulit yang bisa ditandai dengan munculnya kemerahan, panas, dan pengelupasan pada kulit di sekitar kutil, mata ikan, atau kapalan.

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung mereda atau memberat. Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Kemerahan yang meluas pada kulit di sekitar area yang diobati
  • Tanda infeksi, seperti nanah berwarna hijau atau putih susu
  • Muncul luka cekung pada area yang diobati

Lihat lebih lanjut mengenai:

  • Kutil
  • Skin Tag

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Viagra

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Viagra

Viagra jangan dipakai dengan sembarangan. Lihat beberapa hal ini saat sebelum memakai Viagra:

Jangan konsumsi Viagra bila Anda alergi pada obat sildenafil atau ini. Beritahu dokter kisah alergi yang Anda punyai.
Beritahu dokter bila Anda alami abnormalitas bentuk penis, seperti penyakit Peyronie.
Beritahu dokter bila Anda pernah merasakan priapismus atau menanggung derita keadaan yang dapat memacu priapismus, seperti anemia sel sabit.
Beritahu dokter bila Anda terserang penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipotensi/hipertensi, angina tidak berhasil jantung, atau pektoris. Beritahu bila baru alami penyakit serangan jantung, aritmia berat, atau stroke dalam enam bulan terakhir.
Infokan ke dokter bila Anda sebelumnya pernah atau sedang terserang penyakit hati, penyakit ginjal, tukak lambung, masalah pembekuan darah, atau retinitis pigmentosa
Viagra tidak diperuntukkan untuk wanita dan beberapa anak. Jangan memberi Viagra pada ibu menyusui atau hamil.
Beritahu dokter bila Anda sedang konsumsi obat, suplemen, atau produk herbal tertentu, untuk memperhitungkan berlangsungnya reaksi alergi obat.
Jangan secara langsung berkendaraan atau beraktivitas yang lain membutuhkan kesiagaan sesudah konsumsi Viagra, karena obat ini dapat mengakibatkan penglihatan buram atau pusing.
Selekasnya jumpai dokter bila Anda alami reaksi alergi obat atau efek yang serius sesudah konsumsi Viagra.

Dosis dan Aturan Pakai Viagra

Dosis umum Viagra untuk menangani disfungsi ereksi pada pasien dewasa adalah 50 mg per hari. Dosis dapat dikurangi atau ditambah sesuai dengan respons pasien. Dosis maksimal Viagra adalah 100 mg.

Cara Mengonsumsi Viagra dengan Benar

Pastikan untuk mengikuti anjuran dokter dan membaca petunjuk pada kemasan obat sebelum menggunakan Viagra.

Viagra sebaiknya dikonsumsi sebelum makan pada saat perut kosong, tetapi obat ini juga boleh dikonsumsi sesudah makan. Telan tablet Viagra secara utuh dengan bantuan segelas air putih.

Viagra bisa digunakan 0,5-4 jam sebelum berhubungan seksual. Namun, Viagra akan lebih efektif jika dikonsumsi 1 jam sebelum melakukan hubungan seksual. Viagra hanya boleh digunakan sekali sehari dalam kurun waktu 24 jam. Obat ini tidak diperuntukkan untuk penggunaan sehari-hari.

Viagra hanya membantu pria memperoleh ereksi lebih cepat. Agar ereksi, Anda tetap harus mendapatkan rangsangan seksual sebelum berhubungan intim.

Simpan Viagra di tempat yang sejuk dan kering. Hindarkan obat dari paparan sinar matahari langsung dan jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Viagra dengan Obat Lain

Berikut beberapa interaksi obat yang dapat terjadi jika sildenafil yang terkandung di dalam Viagra digunakan bersama obat-obatan tertentu:

  • Peningkatan risiko terjadinya tekanan darah rendah (hipotensi) jika digunakan dengan obat golongan nitrat, seperti nitrogliserin, atau obat penghambat alfa, seperti doxazosin
  • Penurunan efektivitas Viagra jika digunakan dengan rifampicin
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping Viagra jika digunakan dengan verapamil, erythromycin, cimetidine, ketoconazole, saquinavir, ritonavir, atau fluconazole

Efek Samping dan Bahaya Viagra

Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin muncul setelah mengonsymsi Viagra:

  • Pusing atau sakit kepala
  • Wajah, leher, atau dada terasa panas atau memerah (flushing)
  • Sulit membedakan warna atau pandangan kabur
  • Mimisan, hidung tersumbat, atau justru meler
  • Insomnia
  • Nyeri otot atau punggung
  • Sakit perut

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas tidak kunjung reda atau makin parah. Segera temui dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat, atau efek samping serius, seperti:

  • Ereksi yang berlansung lebih lama dan terasa sakit (priapismus)
  • Hilang penglihatan secara mendadak
  • Pendengaran berkurang atau tuli mendadak
  • Telinga berdenging
  • Pusing berat hingga terasa akan pingsan
  • Napas pendek
  • Kejang
  • Detak jantung tidak teratur
  • Bengkak di tangan, kaki, atau pergelangan kaki
  • Gejala serangan jantung, seperti nyeri dada yang menyebar ke bahu dan rahang, mual, atau keringat berlebih

Apa Itu Thrombophob

Apa Itu Thrombophob

Thrombophob memiliki kandungan bahan aktif heparin sodium. Heparin adalah obat antikoagulan yang bekerja dengan menghalangi kegiatan protein pada proses pembekuan darah. Langkah kerja itu bisa menghambat terciptanya gumpalan darah yang dapat mengakibatkan infeksi.

Contoh superficial thrombophlebitis yang cukup kerap diketemukan ialah lebam dan kemerahan pada lokasi penempatan infus. Pemberian heparin tropis saat sebelum penempatan infus bisa menghambat berlangsungnya aglutinasi darah dan infeksi di tempat itu.

Produk Thrombophob

Terdapat dua varian produk Thrombophob yang tersedia di Indonesia, yaitu:

  • Thrombophob gel
    Tiap 1 gram Thrombophob gel mengandung bahan aktif 200 IU heparin sodium.
  • Thrombophob salep
    Tiap 1 gram Thrombophob salep terdiri dari 50 IU heparin sodium dan 2,5 mg benzyl nicotinate.

Peringatan Sebelum Menggunakan Thrombophob

Sebelum menggunakan obat ini, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

  • Jangan menggunakan Thrombophob jika Anda alergi terhadap kandungan yang ada pada obat ini. Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki.
  • Jangan menggunakan Thrombophob pada luka terbuka.
  • Jangan sampai obat mengenai selaput lendir, seperti bagian dalam mulut, hidung, atau permukaan mata.
  • Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan Thrombophob bila Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen atau produk herbal, untuk mengantisipasi interaksi antarobat.
  • Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan Thrombophob jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
  • Segera ke dokter jika mengalami reaksi alergi obat setelah menggunakan Thrombophop.

Dosis dan Aturan Pakai Thrombophob

Oleskan Thrombophob tipis-tipis pada area yang terdampak, 2–3 kali sehari. Bisa juga dioleskan pada sepotong kain kasa, lalu ditempelkan pada bagian yang sakit.

Cara Menggunakan Thrombophob dengan benar

Gunakan Thrombophob sesuai dengan petunjuk penggunaan obat yang tertera pada kemasan. Jika Anda ragu atau memiliki kondisi kesehatan tertentu, konsultasikan dengan dokter mengenai aturan pemakaian Thrombophob yang sesuai dengan kondisi Anda.

Jangan menambahkan atau mengurangi dosis tanpa persetujuan dokter. Selain itu, hindari menggosok atau mengurut area yang mengalami keluhan dengan thrombophob.

Jika Anda lupa menggunakan Thrombophob, segera pakai obat ini begitu teringat. Jika waktu sudah dekat dengan jadwal pemakaian berikutnya, abaikan jadwal yang terlewat. Tidak perlu mengoleskan lebih banyak salep atau gel pada jadwal berikutnya.

Simpan Thrombophob di dalam suhu ruangan dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Thrombophob dengan Obat Lain

Kandungan heparin di dalam Thrombophob bisa menyebabkan interaksi berupa peningkatan risiko perdarahan jika digunakan bersama obat pengencer darah atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Contoh obat yang termasuk dalam golongan tersebut adalah:

  • Warfarin
  • Clopidogrel
  • Enoxaparin
  • Ibuprofen
  • Diclofenac
  • Asam mefenamat

Beri tahu dokter apabila Anda berencana menggunakan Thrombophob bersama obat, suplemen, atau produk herbal apa pun. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya interaksi antarobat yang tidak diinginkan.

Efek Samping dan Bahaya Thrombophob

Jika digunakan sesuai aturan pakai yang ada, produk ini jarang menyebabkan efek samping. Namun, hentikan penggunaan dan segera cari pertolongan medis bila memar tidak kunjung membaik, timbul iritasi pada kulit, atau muncul reaksi alergi obat setelah menggunakan Thrombophob.

Apa Itu Limfadenopati

Apa Itu Limfadenopati

Pada beberapa anak, kelenjar getah bening dapat teraba pada bagian leher, pangkal paha, dan ketiak, walaupun anak itu tidak sakit. Ukuran kelenjar getah bening yang normal pada anak ialah sekitaran 1−2 cm dan tidak berasa nyeri. Saat anak capai umur 8−12 tahun, kelenjar getah bening akan berkurang hingga tak lagi teraba.

Pemicu Limfadenopati

Limfadenopati terjadi saat mekanisme ketahanan tubuh menantang bakteri serta virus yang masuk ke badan. Dalam proses itu, sel darah putih dan cairan menimbun di kelenjar getah bening hingga bisa mengakibatkan bengkak.

Biasanya, anggota badan yang diserang infeksi berada di dekat kelenjar getah bening yang membesar. Untuk contoh, orang yang menanggung derita radang kerongkongan akan alami bengkak kelenjar getah bening di leher.

Berdasar jumlah kelenjar getah bening yang membesar, limfadenopati bisa dipisah dua, yakni:

Limfadenopati mekanismeik

Limfadenopati mekanismeik ialah bengkak pada dua ataupun lebih barisan kelenjar getah bening di anggota badan yang berbeda. Limfadenopati tipe ini disebabkan karena infeksi yang menebar lewat saluran darah atau penyakit yang lain serang semua badan.

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan limfadenopati sistemik adalah:

1. Penyakit infeksi, yang meliputi:

  • Infeksi virus, seperti infeksi saluran pernapasan atas, demam kelenjar (mononukleosis), cytomegalovirus (CMV), hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, HIV, rubella, cacar air, atau campak
  • Infeksi bakteri, seperti TBC, selulitis, atau sifilis
  • Infeksi parasit, seperti toksoplasmosis atau filariasis
  • Infeksi jamur, seperti candidiasis, tinea, atau histoplasmosis

2. Penyakit autoimun, di antaranya:

  • Radang sendi (rheumatoid arthritis)
  • Lupus

3. Reaksi hipersensitivitas terhadap penggunaan obat-obatan berikut:

  • Phenytoin
  • Obat malaria

4. Penyakit akibat kelainan genetik, seperti:

  • Penyakit Gaucher
  • Penyakit Niemann-Pick

5. Kanker, yakni:

  • Leukemia
  • Neuroblastoma
  • Limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin

Limfadenopati lokal

Limfadenopati lokal adalah pembengkakan pada salah satu atau beberapa kelenjar getah bening di bagian tubuh yang berdekatan.

Berdasarkan area kelenjar getah bening yang terdampak, beberapa kondisi yang dapat menyebabkan limfadenopati lokal adalah:

  • Limfadenopati di leher (servikal), yang disebabkan oleh infeksi virus di saluran pernapasan atas, mononukleosis, rubella, penyakit akibat cakaran kucing (cats cratch disease), limfadenitis akut, toksoplasmosis, tuberkulosis, leukemia akut, faringitis, limfoma, neuroblastoma, dan penyakit Kawasaki
  • Limfadenopati di bawah dagu (submaksila dan submental), yang disebabkan oleh infeksi mulut dan limfadenitis akut
  • Limfadenopati di ketiak (aksila), yang disebabkan oleh infeksi lokal, brucellosis, reaksi terhadap imunisasi, limfoma, dan demam rematik
  • Limfadenopati di pangkal paha (inguinal), yang disebabkan oleh infeksi lokal, ruam popok, gigitan serangga, sifilis, dan lymphogranuloma venereum (LGV)

Gejala Limfadenopati

Gejala utama limfadenopati adalah kelenjar getah bening yang membengkak. Pembengkakan dapat terjadi di satu bagian tubuh (lokal) atau di banyak bagian tubuh (sistemik).

Umumnya, kelenjar getah bening yang membengkak dapat diketahui dari:

  • Benjolan di bawah kulit
  • Benjolan terasa nyeri
  • Benjolan teraba hangat atau berwarna kemerahan

Selain gejala di atas, limfadenopati dapat disertai keluhan lain tergantung pada penyebabnya, yaitu:

  • Ruam
  • Lemas
  • Mudah lelah
  • Pegal-pegal
  • Sakit kepala
  • Demam
  • Gangguan pernapasan, seperti sakit tenggorokan, hidung tersumbat, dan batuk
  • Berkeringat pada malam hari
  • Tidak nafsu makan
  • Berat badan menurun

Kapan harus ke dokter

Segera ke dokter jika mengalami gejala di atas, terutama bila benjolan timbul tanpa sebab yang jelas dan memiliki ciri-ciri berikut:

  • Makin besar dan berlangsung lebih dari 2 minggu
  • Bertekstur keras dan tidak bergerak ketika digoyangkan
  • Berukuran lebih dari 1 cm

Segera cari pertolongan di IGD jika muncul gejala baru yang lebih serius, seperti:

  • Benjolan tumbuh di tulang selangka atau leher
  • Benjolan berwarna kemerahan
  • Keluar cairan atau nanah dari benjolan
  • Berat badan menurun tanpa penyebab yang jelas
  • Berkeringat pada malam hari
  • Demam
  • Sesak napas

Diagnosis Limfadenopati

Dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala, riwayat kesehatan, dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, dengan meraba dan mengamati ukuran serta tekstur benjolan.

Guna memastikan diagnosis, dokter dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti:

  • Tes hitung darah lengkap, untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi dan leukemia
  • Foto Rontgen, USG, CT scan, atau MRI, untuk mendeteksi sumber infeksi atau tumor
  • Biopsi kelenjar getah bening, untuk mendeteksi kanker atau apakah kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lain

Pengobatan Limfadenopati

Tindakan yang dilakukan dokter untuk mengatasi limfadenopati akan disesuaikan dengan penyebabnya. Metode pengobatan yang bisa dipilih adalah sebagai berikut:

  • Pemberian obat antibiotik, untuk mengatasi infeksi bakteri
  • Pemberian obat imunosupresif, untuk mengatasi rheumatoid arthritis dan lupus
  • Pemberian obat pereda sakit, untuk mengatasi nyeri
  • Operasi, radioterapi, atau kemoterapi, untuk mengatasi kanker

Selain pengobatan di atas, penderita limfadenopati juga dapat melakukan upaya mandiri untuk meredakan kelenjar getah being yang nyeri, seperti:

  • Mengompres area yang sakit dengan kompres hangat
  • Mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual di apotek, seperti paracetamol
  • Beristirahat dan tidur yang cukup

Komplikasi Limfadenopati

Jika tidak ditangani, limfadenopati dapat menimbulkan komplikasi berupa munculnya abses di kelenjar getah bening yang membengkak. Selain itu, limfadeopati juga dapat menyebabkan infeksi yang parah atau sepsis.

Pencegahan Limfadenopati

Cara terbaik untuk mencegah limfadenopati adalah dengan menghindari penyebabnya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah:

  • Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara rutin, terutama setelah batuk dan bersin, dari toilet, sebelum memasak maupun mengolah makanan, sebelum makan, dan saat tangan tampak kotor
  • Tidak berbagi peralatan pribadi, seperti sikat gigi, handuk, atau pisau cukur dengan orang lain
  • Menutup mulut saat batuk atau bersin dengan tisu atau siku
  • Melakukan vaksinasi sesuai jadwal yang diberikan oleh dokter
  • Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang
  • Menghindari paparan zat berbahaya, seperti asap rokok dan zat kimia lain
  • Segera memeriksakan diri ke dokter jika timbul benjolan di bagian tubuh mana saja dan tidak diketahui penyebabnya

Proses Pembukuan Darah

Proses Pembukuan Darah

Warfarin bekerja dengan menghambat kerja vitamin K, yang merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembekuan darah. Obat ini digunakan dalam pengobatan emboli paru, stroke ringan (transient ischemic attack/TIA), atau penyumbatan pembuluh darah vena akibat bekuan darah (trombosis vena).

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Warfarin

Lihat beberapa hal ini saat sebelum konsumsi warfarin:

Jangan konsumsi warfarin bila Anda alergi pada obat ini.
Beritahu dokter bila Anda sebelumnya pernah atau sedang menanggung derita masalah pembuluh darah seperti aneurisma, ketagihan minuman mengandung alkohol, masalah psikis atau situasi hati, masalah daya ingat, penyakit penyakit ginjal, atau hati.
Beritahu dokter bila Anda sebelumnya pernah atau sedang menanggung derita abnormalitas darah seperti anemia atau hemofilia, atau masalah pendarahan, seperti pendarahan aliran otak atau cerna.
Beritahu dokter bila Anda baru jalani operasi, baru alami luka berat, kerap kerap luka, atau jatuh.
Beritahu dokter bila Anda sedang atau akan konsumsi obat, suplemen, atau produk herbal lain, untuk memperhitungkan hubungan antarobat.
Beritahu dokter Anda bila saat penyembuhan dengan warfarin Anda kehilangan nafsu makan atau alami demam, muntah, atau diare sepanjang >2 hari. Bila Anda akan diberi antibiotik oleh dokter lain, beritahu dokter itu jika Anda sedang konsumsi warfarin.
Jangan konsumsi minuman mengandung alkohol saat jalani penyembuhan dengan warfarin, karena bisa tingkatkan dampak negatif Anda alami pendarahan lambung.
Beritahu dokter atau petugas klinis jika Anda sedang konsumsi warfarin bila Anda diperkirakan untuk memperoleh suntikan ke otot, misalkan untuk vaksin. Pastikan suntikan ke otot dikasihkan ke lengan supaya terjadinya kemungkinan pendarahan bisa diperhitungkan lebih baik.
Jauhi kegiatan seperti olahraga dengan adu fisik yang keras. Berhati-hati saat beraktivitas dengan benda tajam atau yang beresiko mengakibatkan pendarahan, seperti memotong kuku, menggosok gigi atau bercukur.
Beritahu dokter jika Anda sedang konsumsi warfarin bila Anda diperkirakan untuk jalani operasi, termasuk operasi gigi.
Pakai kondom atau alat kontrasepsi lain untuk menghambat kehamilan, sejak konsumsi warfarin sampai 1 bulan setelah pemakaian obat, karena obat ini bisa tingkatkan dampak negatif berlangsungnya kecacatan janin.
Selekasnya ke dokter bila terjadi reaksi alergi obat atau efek yang serius, sesudah memakai warfarin.

Dosis dan Aturan Pakai Warfarin

Dosis awal warfarin adalah 5–10 mg per hari, selama 1–2 hari pertama. Dosis perawatan 3–9 mg per hari, tergantung hasil tes darah saat evaluasi rutin.

Cara Mengonsumsi Warfarin dengan Benar

Pastikan untuk mengikuti anjuran dokter dan membaca petunjuk pada kemasan obat sebelum mengonsumsi warfarin.

Jangan menambah dosis atau menghentikan konsumsi obat ini tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Warfarin bisa dikonsumsi sebelum atau sesudah makan.

Konsumsilah warfarin secara teratur pada jam yang sama setiap harinya agar mendapatkan efek maksimal. Bila lupa mengonsumsinya, segera konsumsi obat ini begitu teringat jika masih dalam hari yang sama. Jika sudah hari berikutnya, abaikan dosis tersebut dan jangan menggandakan dosis obat selanjutnya.

Simpan warfarin dalam wadah tertutup di tempat yang kering dan sejuk. Hindarkan obat ini dari paparan sinar matahari secara langsung dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Warfarin dengan Obat Lain

Berikut ini adalah interaksi yang dapat terjadi jika warfarin digunakan dengan obat-obatan tertentu:

  • Peningkatan risiko terjadinya perdarahan yang berpotensi fatal jika digunakan dengan obat fibrinolitik, seperti alteplase atau streptokinase
  • Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan antikoagulan lain, seperti argatroban, dabigatran, atau heparin; antiplatelet, seperti aspirin, cilostazol, atau clopidogrel; OAINS, seperti celecoxib, diclofenac, atau ibuprofen; atau antidepresan SSRIs, seperti citalopram atau paroxetine
  • Peningkatan risiko terjadinya gangguan pada kandung empedu dan liver jika digunakan dengan ticlopidine
  • Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan amiodarone, capecitabine, cotrimoxazole, acyclovir, ciprofloxacin, alprazolam, atau atorvastatin
  • Penurunan efektivitas warfarin jika digunakan dengan carbamazepine, rifampicin, phenytoin, efavirenz, atau sofosbuvir
  • Penurunan atau peningkatan efektivitas warfarin jika digunakan dengan prednisone

Selain dengan obat-obatan, makanan atau minuman tertentu juga dapat berinteraksi dengan warfarin. Hindari konsumsi jus cranberry atau buah delima selama menjalani pengobatan dengan warfarin, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan.

Selain itu, makanan dan minuman dengan kandungan vitamin K yang tinggi, seperti hati, sayuran berdaun hijau, dan teh hijau bisa mengurangi efektivitas warfarin. Kurangi asupan makanan-makanan di atas selama Anda mengonsumsi warfarin. Konsultasikan ke dokter gizi bila perlu.

Efek Samping dan Bahaya Warfarin

Efek samping yang mungkin bisa timbul setelah mengonsumsi warfarin antara lain:

  • Mual
  • Kehilangan selera makan
  • Sakit perut atau abdomen
  • Ruam kulit ringan
  • Rambut rontok
  • Gusi berdarah sesudah menyikat gigi
  • Tubuh mudah memar, dan memar butuh waktu lebih lama untuk memudar
  • Mimisan (tidak sering dan berlangsung <10 menit)
  • Perdarahan akibat terluka agak lebih lama untuk berhenti
  • Darah menstruasi lebih banyak atau durasi haid lebih panjang daripada biasanya

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas terus berlanjut atau semakin memberat. Anda juga harus mendapatkan pertolongan medis jika timbul reaksi alergi obat atau muncul efek samping serius, seperti:

  • Mimisan lebih dari 10 menit
  • Darah dari luka terus mengalir
  • Memar yang membesar
  • Muntah darah
  • Pipis berwarna merah atau feses berwarna hitam
  • Perdarahan di kepala, yang bisa ditandai dengan sakit kepala yang sangat berat, kejang, gangguan penglihatan yang mendadak, atau kelemahan dan mati rasa pada satu sisi tubuh

Penyebab Xanthelasma

Penyebab Xanthelasma

Pada beberapa kasus, xanthelasma terjadi ke orang yang menanggung derita cholesterol tinggi. Tetapi, ada pula orang yang kandungan kolesterolnya normal tapi masih tetap terserang xanthelasma.

Pasien xanthelasma umumnya berumur 30 tahun ke atas. Walaupun dapat terjadi pada siapa pun, xanthelasma seringkali dirasakan wanita dibanding pria.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko xanthelasma, yaitu:

  • Kolesterol tinggi atau kadar HDL (kolesterol baik) yang rendah
  • Sirosis bilier primer, yaitu penyakit liver yang dapat meningkatkan kadar kolesterol di dalam darah
  • Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
  • Pola makan tinggi lemak.
  • Konsumsi obat yang dapat meningkatkan kadar kolesterol, seperti kortikosteroid atau obat untuk penyakit epilepsi
  • Hipotiroidisme
  • Obesitas
  • Diabetes

Gejala Xanthelasma

Xanthelasma ditandai dengan benjolan atau plak berwarna kuning pada kelopak mata di sudut mata bagian dalam, baik kelopak mata atas maupun bawah, serta pada mata kanan dan kiri. Plak ini tidak menyebabkan nyeri atau gangguan pada penglihatan.

Gumpalan yang terjadi pada salah satu mata dapat bertambah seiring berjalannya waktu, kemudian menyatu dan menjadi permanen dengan bentuk seperti setengah sayap kupu-kupu.

Kapan harus ke dokter

Xanthelasma tidak berbahaya. Jika Anda tidak terganggu dengan kemunculannya, xanthelasma tidak perlu diangkat. Namun, apabila Anda merasa terganggu dengan adanya xanthelasma, konsultasikan dengan dokter kulit terkait penanganannya.

Penderita xanthelasma disarankan untuk berkonsultasi ke dokter jantung, untuk menjalani pemeriksaan kolesterol dan jantung. Tujuannya adalah untuk mengetahui kadar kolesterolnya dan risikonya terkena penyakit jantung.

Diagnosis Xanthelasma

Dokter akan memeriksa kulit di sekitar mata pasien untuk mengecek gumpalan atau benjolan di area tersebut. Selanjutnya, dokter akan memeriksa kadar kolesterol guna memastikan apakah gejala yang dialami pasien terkait dengan kadar kolesterol yang tinggi.

Dokter juga akan mengambil sampel darah pasien dan mengirimnya ke laboratorium untuk diteliti lebih lanjut. Di samping itu, dokter juga mungkin akan melakukan EKG jantung, untuk memastikan kesehatan jantung pasien.

Penanganan Xanthelasma

Xanthelasma umumnya tidak berbahaya. Oleh sebab itu, kondisi ini sebenarnya tidak perlu diobati jika tidak mengganggu penderitanya.

Jika xanthelasma dirasa mengganggu dan berisiko menyebabkan komplikasi, dokter dapat melakukan beberapa metode berikut untuk menanganinya:

  • Krioterapi, yaitu terapi untuk membekukan xanthelasma dengan nitrogen cair agar mudah diangkat
  • Operasi dengan menggunakan pisau bedah, untuk mengangkat xanthelasma
  • Radiofrequency advanced electrolysis, untuk mengurangi atau mengeliminasi xanthelasma dengan pancaran radiasi
  • Electrodessication, untuk mengeringkan jaringan dengan menggunakan jarum yang dialiri listrik
  • Chemical peeling, untuk menghilangkan xanthelasma dengan menggunakan larutan kimia

Perlu diketahui, xanthelasma dapat muncul kembali apabila kadar kolesterol pasien tidak menurun. Oleh karena itu, dokter juga mungkin akan memberikan obat-obatan penurun kolesterol, seperti rosuvastatin, lovastatin, dan simvastatin, jika pasien memiliki kolesterol tinggi.

Komplikasi Xanthelasma

Xanthelasma sebenarnya tidak berbahaya, tetapi kondisi ini bisa menandakan kadar kolesterol yang tinggi. Jika tidak ditangani, kolesterol tinggi berisiko membentuk plak di pembuluh darah arteri sehingga memicu terjadinya penyakit jantung dan stroke.

Pencegahan Xanthelasma

Pemicu utama xanthelasma adalah kolesterol tinggi. Oleh karena itu, lakukan hal-hal di bawah ini untuk mencegah kolesterol tinggi dan xanthelasma:

  • Kurangi konsumsi minuman beralkohol.
  • Lakukan olahraga secara teratur, minimal 30 menit dalam sehari.
  • Jaga atau turunkan berat badan agar berada pada kisaran yang ideal.
  • Perbanyak konsumsi serat, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, gandum, dan kacang-kacangan.
  • Konsumsi makanan yang tinggi akan lemak baik, seperti ikan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
  • Hindari makanan atau minuman yang tinggi lemak jenuh, seperti daging merah, produk susu full cream, dan produk makanan kemasan.

Upaya pencegahan di atas juga perlu dilakukan penderita xanthelasma yang sudah dioperasi, untuk mencegah xanthelasma tumbuh kembali.